ANALISIS KAPASITAS PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN
NGAGEL JAYA SELATAN – JALAN NGAGEL JAYA SURABAYA DENGAN METODE PKJI 2014
Misbahur Rosyidin
NBI
: 431302601
E-mail
: Misbahrosyidin39@gmail.com
Fakultas
Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Tahun
Akademik 2016
ABSTRAK
Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan-Jalan Ngagel
Jaya yang ada dikota surabaya merupakan persimpangan jalan yang cukup vital
dengan tipe persimpangan bersinyal tiga lengan dimana pada persimpangan tersebut
ada suatu permasalahan yaitu banyaknya jumlah kendaraan yang lewat dan
bertambahnya kendaraan. Dengan kondisi jalan dimana merupakan kawasan sekolah,
perkantoran, pertokoan, tempat belanja dan pemukiman menyebabkan lalu lintas
jalan tersebut mengalami kepadatan yang signifikan sesuai dengan keadaan
sekitar jalan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi
karakteristik arus lalu lintas dan kinerja simpang.
Jenis data yang digunakan untuk keperluan analisis
adalah data primer. Data primer meliputi data geometrik jalan, data volume lalu
lintas dan data waktu sinyal. Pencatataan arus lalu lintas dibagi dalam
kendaraan ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor, pengambilan dilakukan hari
senin-kamis 11-13 November 2016. Data tersebut dianalisis untuk mencari
kapasitas, derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan dengan menggunakan
metode Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014.
Pengaturan sinyal di persimpangan Jalan Ngagel Jaya
Selatan-Jalan Ngagel Jaya diatur dalam tiga fase. Kinerja persimpangan dapat
dilihat dari nilai kapasitas (pendekat utara 2911 ekr/jam, pendekat timur 2822
ekr/jam, pendekat barat 2911 ekr/jam), nilai derajat kejenuhan (pendekat utara
0,64, pendekat timur 1,73, pendekat barat 0,87), nilai panjang antrian (pendekat
utara 38 m, pendekat timur 53 m, pendekat barat 33 meter) dan nilai tundaan
(pendekat utara 7,8 detik, pendekat timur 10,3 detik, pendekat barat 6,9
detik).
Setelah dilakukan perencanaan ulang dengan melebarkan
ruas jalan pendekat utara menjadi 6 meter hasilnya jauh lebih baik. Kinerja
persimpangan dapat dilihat dari nilai kapasitas (pendekat utara 3130 skr/jam,
pendekat timur 5778 skr/jam, pendekat barat 3130 skr/jam), nilai derajat
kejenuhan (pendekat utara 0,59, pendekat timur 0,84, pendekat barat 0,81),
nilai panjang antrian (pendekat utara 43 m, pendekat timur 33 m, pendekat barat
34 meter) dan nilai tundaan (pendekat utara 8,5 detik, pendekat timur 5,7
detik, pendekat barat 6,2 detik).
Kata
kunci: karakteristik, kinerja,
persimpangan bersinyal
PENDAHULUAN
Transportasi
yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal
secara alamiah semenjak manusia ada dibumi, meskipun pergerakan atau
perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana. Sepanjang sejarah, transportasi
baik volume maupun teknologinya berkembang sangat pesat. Sebagai akibat dari
adanya kebutuhan pergerakan manusia dan barang, maka timbullah tuntutan untuk
menyediakan prasarana dan sarana agar pergerakan tersebut bisa berlangsung
dengan kondisi aman, nyaman dan lancar, serta ekonomis dari segi waktu dan
biaya (ISBN,1997).
Persimpangan
Jalan Ngagel Jaya Selatan-Jalan Ngagel Jaya yang ada dikota surabaya merupakan
persimpangan jalan yang cukup vital dengan tipe persimpangan tiga lengan dimana
pada persimpangan tersebut ada suatu permasalahan yaitu banyaknya jumlah
kendaraan yang lewat dan bertambahnya kendaraan. Dengan kondisi jalan dimana
merupakan kawasan sekolah, perkantoran, pertokoan, tempat belanja dan pemukiman
menyebabkan lalu lintas jalan tersebut mengalami kepadatan yang signifikan
sesuai dengan keadaan sekitar jalan tersebut.
Untuk itu
perlu adanya evaluasi terhadap kinerja persimpangan jalan dan sistem lalu
lintas yang ada pada simpang tersebut. Atas dasar inilah penulis mengambil
judul “Analisis Kapasitas Persimpangan Bersinyal Jalan Ngagel Jaya
Selatan-Jalan Ngagel Jaya Surabaya” sehingga dapat diketahui dan dikaji terkait
kapasitas persimpangan jalan tersebut.
LANDASAN
TEORI
Pengertian
Simpang Atau APILL
Prinsip
APILL adalah dengan cara meminimalkan konflik baik konflik primer maupun
sekunder. Konflik primer adalah konflik antara dua arus lalu lintas yang saling
berpotongan, dan konflik sekunder adalah konflik yang terjadi dari arus lurus
yang melawan atau arus membelok yang berpotongan dengan arus lurus atau pejalan
kaki yang menyeberang (PKJI, 2014).
Data
Masukan Lalu Lintas
Menurut
PKJI 2014 untuk menghitung arus lalu lintas dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
qJD =
LHRT x k (1)
Dimana:
qJD = Arus lalu lintas jam desain (skr/jam).
LHRT = Volume lalu lintas harian rata-rata tahunan
(skr/hari).
k = Faktor jam rencana, ditetapkan dari
kajian fluktuasi arus lalu lintas jam-jaman
Rasio
Arus Kendaraan Belok Kiri dan Rasio Arus Belok Kanan
Menurut
PKJI 2014 untuk menghitung rasio arus kendaraan belok kiri dan rasio arus belok
kanan adalah sebagai berikut:
RBKi = (2)
RBKa = (3)
Dimana:
RBKi = Rasio arus belok kiri
RBKa = Rasio arus belok kanan
QBKi = Arus lalu lintas belok kiri
(skr/jam)
QBKa = Arus lalu lintas belok kanan
(skr/jam)
QTotal = Total arus lalu lintas (skr/jam)
Waktu Hijau Hilang Total
Menurut PKJI 2014 waktu
hijau hilang total untuk simpang untuk setiap siklus dapat dihitung sebagai
jumlah dari waktu-waktu antar hijau menggunakan rumus:
M semua
= { - } max (4)
HH
= ∑i (M semua + K)i (5)
Dimana:
M semua = Merah semua (detik)
HH = Waktu hijau hilang total
(detik)
LKB = Jarak dari garis henti ke titik
konflik masing-masing untuk kendaraan
berangkat (m)
LKD = Jarak dari garis henti ke titik
konflik masing-masing untuk kendaraan
datang (m)
VKB = Kecepatan kendaraan berangkat (m/det)
VKD = Kecepatan kendaraan datang (m/det)
PKB = Panjang kendaraan berangkat (m)
K = Waktu isyarat kuning (detik)
Nilai-nilai VKB, VKD,
dan PKB tergantung dari kondisi lokasi setempat. Nilai-nilai berikut
ini dapat digunakan sebagai pilihan jika nilai baku tidak tersedia.
VKD = 10 m/det (kendaraan bermotor)
VKB = 10 m/det (kendaraan bermotor)
3 m/det (kendaraan tak bermotor misalnya
sepeda)
1,2 m/det (pejalan kaki)
PKB = 5 m (kendaraan ringan/kendaraan
berat)
= 2 m (sepeda motor/kendaraan tidak
bermotor)
Arus Jenuh
Menurut PKJI 2014 arus
jenuh dirumuskan oleh persamaan sebagai berikut:
S0
= 600 x LE (6)
S = S0
x FHS x FUK x FG x FP x FBKi
x FBKa (7)
Dimana:
S = Arus jenuh (skr/jam)
S0 = Arus jenuh dasar (skr/jam)
LE = Lebar efektif pendekat (m)
FHS = Faktor penyesuaian S0
akibat HS lingkungan jalan
FUK = Faktor penyesuaian S0 terkait
ukuran kota
FG = Faktor penyesuaian S0
akibat kelandaian memanjang pendekat
FP = Faktor penyesuaian S0
akibat adanya jarak garis henti pada mulut pendekat
terhadap kendaraan yang parkir pertama
FBKi =
Faktor penyesuaian S0 akibat arus lalu lintas yang membelok ke kanan
FBKa = Faktor Faktor penyesuaian S0
akibat arus lalu lintas yang membelok ke kiri
Rasio Arus/Arus Jenuh
Menurut
PKJI 2014 untuk menghitung Rasio arus/arus jenuh dihitung menggunakan rumus:
RQ/S =
(8)
RAS
= ∑i (RQ/S kritis)i (9)
RF
= (10)
Dimana:
RQ/S = Rasio arus/arus
jenuh
RAS = Rasio arus
simpang
RF = Rasio fase
RQ/S
kritis = Rasio
arus/arus jenuh tertinggi
Penentuan Waktu Sinyal
Penentuan
waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan berdasarkan
metode Webster (1996) untuk meminimumkan tundaan total pada suatu simpang
(PKJI, 2014). Menurut PKJI 2014 untuk menghitung penentuan waktu sinyal dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
c = (11)
Hi = (c
– HH) x (12)
Dimana :
c = Waktu siklus (detik)
Hi = waktu hijau pada fase i
(detik)
HH = Jumlah waktu hijau hilang
per siklus (detik)
RQ/S = Rasio arus, yaitu arus dibagi
arus jenuh, (Q/S)
RQ/S
kritis = Nilai RQ/S
tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada fase
yang sama
∑ RQ/S
kritis = Rasio arus simpang =
Jumlah semua RQ/S kritis dari semua fase, pada
siklus tersebut
i = Indeks untuk fase ke i
Kapasitas Simpang APILL
Menurut PKJI 2014
kapasitas simpang APILL (C) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
C = S x
H/c (13)
Dimana:
C =
Kapasitas simpang APILL (skr/jam)
S = Arus jenuh (skr/jam)
H = Total waktu hijau dalam satu siklus
(detik)
c = Waktu siklus (detik)
Derajat Kejenuhan
Derajat
kejenuhan (DJ) menurut PKJI 2014 dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
DJ
= Q/C (14)
Dimana :
DJ = Derajat kejenuhan (skr/jam)
Q =
Arus lalu lintas (skr/jam)
C =
Kapasitas simpang APILL (skr/jam)
Panjang Antrian
Panjang
antrian adalah banyaknya kendaraan yang berada pada simpang tiap jalur nyala
lampu merah (PKJI 2014). Rumus untuk menentukan rata-rata panjang antrian
berdasarkan PKJI 2014 adalah:
NQ = NQ1
+ NQ2 (15)
Dengan
Jika DJ
> 0,5; maka
NQ1
= 0,25 x c x [ (DJ – 1 ) + (16)
Jika DJ
< 0,5; selain dari itu NQ1 = 0; maka
NQ2
= c x x (17)
Dimana :
NQ = Jumlah rata-rata antrian kendaraan
(skr) pada awal isyarat lampu hijau
NQ1 = Jumlah kendaraan terhenti (skr)
yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
NQ2 = Jumlah kendaraan (skr) yang datang dan
terhenti dalam antrian selama fase
merah
DJ = Derajat kejenuhan (skr/jam)
RH = Rasio hijau
c = Waktu siklus (det)
Q = Arus lalu lintas (skr/det)
Panjang
antrian diperoleh rumus:
PA = NQ x (18)
Dimana:
PA = Panjang antrian
NQ = Jumlah rata-rata antrian
kendaraan (skr) pada awal isyarat lampu hijau
LM = Lebar masuk (m)
Rasio Kendaraan Henti
Rasio
kendaraan henti yaitu rasio kendaraan pada pendekat yang harus berhenti akibat
isyarat merah sebelum melewati suatu simpang terhadap jumlah arus pada fase
yang sama pada pendekat tersebut (PKJI, 2014). Menurut PKJI 2014 rumus untuk
menghitung rasio kendaraan henti sebagai berikut:
RKH
= 0,9 x x 3600 (19)
NH
= Q x RKH (20)
Dimana :
RKH = Rasio kendaraan henti
NH = Jumlah rata-rata kendaraan berhenti
NQ = Jumlah rata-rata antrian kendaraan
(skr) pada awal isyarat hijau
c = Waktu siklus (det)
Q = Arus lalu lintas dari pendekat yang
ditinjau (skr/jam)
Tundaan
Terdapat
dua tundaan pada suatu simpang yaitu Tundaan geometri (TG) dan
Tundaan lalu lintas (TL) (PKJI 2014). Sehingga tundaan rata-rata
menurut PKJI 2014 adalah:
T = TL + TG (21)
Dengan
TL
= c x + (22)
TG
= (1 – RKH) x PB x 6 + (RKH x 4) (23)
Dimana :
TG = Tundaan geometri (skr/smp)
TL = Tundaan lalu lintas (skr/smp)
c = Waktu siklus yang disesuaikan (det)
GR = Rasio hijau (g/c)
TS = Derajat kejenuhan
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya
C = Kapasitas (skr/jam)
RH = Rasio kendaraan membelok pada suatu
pendekat
RKH = Rasio kendaraan terhenti pada
suatu pendekat
Metodologi Penelitian
Gambar 1.1 Flowchart
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kinerja simpang Eksisting
Nilai kinerja
persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya didapat seperti
tabel dibawah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kinerja persimpangan
Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya
Pendekat
|
Q
|
C
|
Dj
|
PA
|
T
|
U
|
1862
|
2911
|
0,64
|
38
|
7.8
|
T
|
4884
|
2822
|
1,7
|
53
|
10,3
|
B
|
2525
|
2911
|
0,87
|
33
|
6,9
|
Geometrik Awal Geometrik
Rencana
Gambar 1.2 Perubahan Geometrik Pada Persimpangan Jalan Ngagel
Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya
Pendekat
|
Q
|
C
|
Dj
|
PA
|
T
|
U
|
1862
|
3130
|
0,59
|
43
|
2,9
|
T
|
4884
|
5778
|
0,84
|
33
|
2,5
|
B
|
2525
|
3130
|
0,80
|
34
|
2,7
|
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa Persimpangan Jalan Ngagel Jaya selatan – Jalan
Ngagel Jaya, derajat kejenuhan yang diperoleh lebih besar dari 0,85, yang
berarti bahwa persimpangan ini kondisinya lewat jenuh. Hal ini berarti bahwa
Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya memiliki kapasitas
yang kurang baik.
2. Setelah dilakukan analisis perencanaan
ulang dengan mengubah lebar masuk pendekatnya, yaitu pada pendekat timur
diperlebar menjadi 6 meter didapat nilai derajat yang lebih kecil dari 0,85.
Hal ini berarti bahwa di seluruh pendekat Persimpangan Jalan Ngagel Jaya
Selatan – Jalan Ngagel Jaya akan dapat menampung kapasitas persimpangan yang
baik.
3. Waktu siklus yang disarankan untuk
pengaturan tiga fase menurut PKJI 2014 adalah 50 – 100. Dengan mengubah lebar
masuk pendekatnya, yaitu pada pendekat timur diperlebar menjadi 6 meter, maka
waktu siklusnya didapat 77 detik. Hal ini berarti pengaturan fase yang terdapat
pada kondisi pada kondisi eksisting masih tetap dapat dipertahankan apabila
dilakukan perubahan lebar pendekat.
4. Setelah dilakukan analisis, beberapa
faktor yang berpengaruh pada kapasitas Persimpangan Bersinyal Jalan Ngagel Jaya
Selatan – Jalan Ngagel Jaya adalah lebar jalan dan waktu siklus.
Saran
Dari hasil
perhitungan Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya dapat
dikemukakan beberapa saran dan masukan yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan perbaikan agar persimpangan tersebut dimasa yang akan datang lebih
baik yaitu sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian pada
persimpangan lainnya yang memiliki karakteristik lalu lintas yang berbeda.
2. Perbaikan fasilitas penyeberangan
pejalan kaki pada kaki simpang seperti zebra
cross perlu difungsikan sebagaimana mestinya agar pejalan kaki tidak menyeberang
disembarang tempat.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
guna mengetahui ada tidaknya pengaruh hambatan samping akibat aktivitas
menaikkan atau menurunkan penumpang oleh angkutan umum pada lokasi yang
diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Bayasut, E.Z., 2010, Analisa Dan Koordinasi Sinyal Antar Simpang
Pada Ruas Jalan Diponegoro Surabaya,
Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Febriastanti, Y.R., 2006, Analisis Kapasitas Simpang Bersinyal (Kasus
Simpang Jrakah Kota Semarang), Tugas Akhir, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
ISBN, 1997, Sistem Transportasi, Penerbit Gunadarma, Jakarta.
Kementerian Pekerjaan
Umum, 2014. Pedoman Kapasitas Jalan
Indonesia(PKJI), Jakarta.
Kristanto, H.S., 2013, Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal (Studi
Kasus Simpang Bangak Di Kabupaten Boyolali), Tugas Akhir, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Putranto, L.T., 2008, Rekayasa Lalu Lintas, Indeks, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar