Senin, 16 Januari 2017

JURNAL ANALISIS KAPASITAS PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN NGAGEL JAYA SELATAN - JALAN NGAGEL JAYA SURABAYA DENGAN METODE PKJI 2014

ANALISIS KAPASITAS PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN NGAGEL JAYA SELATAN – JALAN NGAGEL JAYA SURABAYA DENGAN METODE PKJI 2014

Misbahur Rosyidin
NBI : 431302601
E-mail : Misbahrosyidin39@gmail.com

Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Tahun Akademik 2016

ABSTRAK
Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan-Jalan Ngagel Jaya yang ada dikota surabaya merupakan persimpangan jalan yang cukup vital dengan tipe persimpangan bersinyal tiga lengan dimana pada persimpangan tersebut ada suatu permasalahan yaitu banyaknya jumlah kendaraan yang lewat dan bertambahnya kendaraan. Dengan kondisi jalan dimana merupakan kawasan sekolah, perkantoran, pertokoan, tempat belanja dan pemukiman menyebabkan lalu lintas jalan tersebut mengalami kepadatan yang signifikan sesuai dengan keadaan sekitar jalan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi karakteristik arus lalu lintas dan kinerja simpang.
Jenis data yang digunakan untuk keperluan analisis adalah data primer. Data primer meliputi data geometrik jalan, data volume lalu lintas dan data waktu sinyal. Pencatataan arus lalu lintas dibagi dalam kendaraan ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor, pengambilan dilakukan hari senin-kamis 11-13 November 2016. Data tersebut dianalisis untuk mencari kapasitas, derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan dengan menggunakan metode Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014.
Pengaturan sinyal di persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan-Jalan Ngagel Jaya diatur dalam tiga fase. Kinerja persimpangan dapat dilihat dari nilai kapasitas (pendekat utara 2911 ekr/jam, pendekat timur 2822 ekr/jam, pendekat barat 2911 ekr/jam), nilai derajat kejenuhan (pendekat utara 0,64, pendekat timur 1,73, pendekat barat 0,87), nilai panjang antrian (pendekat utara 38 m, pendekat timur 53 m, pendekat barat 33 meter) dan nilai tundaan (pendekat utara 7,8 detik, pendekat timur 10,3 detik, pendekat barat 6,9 detik).
Setelah dilakukan perencanaan ulang dengan melebarkan ruas jalan pendekat utara menjadi 6 meter hasilnya jauh lebih baik. Kinerja persimpangan dapat dilihat dari nilai kapasitas (pendekat utara 3130 skr/jam, pendekat timur 5778 skr/jam, pendekat barat 3130 skr/jam), nilai derajat kejenuhan (pendekat utara 0,59, pendekat timur 0,84, pendekat barat 0,81), nilai panjang antrian (pendekat utara 43 m, pendekat timur 33 m, pendekat barat 34 meter) dan nilai tundaan (pendekat utara 8,5 detik, pendekat timur 5,7 detik, pendekat barat 6,2 detik).
Kata kunci: karakteristik, kinerja, persimpangan bersinyal



PENDAHULUAN
Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada dibumi, meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana. Sepanjang sejarah, transportasi baik volume maupun teknologinya berkembang sangat pesat. Sebagai akibat dari adanya kebutuhan pergerakan manusia dan barang, maka timbullah tuntutan untuk menyediakan prasarana dan sarana agar pergerakan tersebut bisa berlangsung dengan kondisi aman, nyaman dan lancar, serta ekonomis dari segi waktu dan biaya (ISBN,1997).
Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan-Jalan Ngagel Jaya yang ada dikota surabaya merupakan persimpangan jalan yang cukup vital dengan tipe persimpangan tiga lengan dimana pada persimpangan tersebut ada suatu permasalahan yaitu banyaknya jumlah kendaraan yang lewat dan bertambahnya kendaraan. Dengan kondisi jalan dimana merupakan kawasan sekolah, perkantoran, pertokoan, tempat belanja dan pemukiman menyebabkan lalu lintas jalan tersebut mengalami kepadatan yang signifikan sesuai dengan keadaan sekitar jalan tersebut.
Untuk itu perlu adanya evaluasi terhadap kinerja persimpangan jalan dan sistem lalu lintas yang ada pada simpang tersebut. Atas dasar inilah penulis mengambil judul “Analisis Kapasitas Persimpangan Bersinyal Jalan Ngagel Jaya Selatan-Jalan Ngagel Jaya Surabaya” sehingga dapat diketahui dan dikaji terkait kapasitas persimpangan jalan tersebut.

LANDASAN TEORI

Pengertian Simpang Atau APILL
Prinsip APILL adalah dengan cara meminimalkan konflik baik konflik primer maupun sekunder. Konflik primer adalah konflik antara dua arus lalu lintas yang saling berpotongan, dan konflik sekunder adalah konflik yang terjadi dari arus lurus yang melawan atau arus membelok yang berpotongan dengan arus lurus atau pejalan kaki yang menyeberang (PKJI, 2014).
Data Masukan Lalu Lintas
Menurut PKJI 2014 untuk menghitung arus lalu lintas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
qJD = LHRT x k                                                (1)
Dimana:
qJD          = Arus lalu lintas jam desain (skr/jam).
LHRT  = Volume lalu lintas harian rata-rata tahunan (skr/hari).
k          = Faktor jam rencana, ditetapkan dari kajian fluktuasi arus lalu lintas jam-jaman

Rasio Arus Kendaraan Belok Kiri dan Rasio Arus Belok Kanan
Menurut PKJI 2014 untuk menghitung rasio arus kendaraan belok kiri dan rasio arus belok kanan adalah sebagai berikut:
RBKi       =                                     (2)
RBKa       =                                     (3)
Dimana:
RBKi       = Rasio arus belok kiri
RBKa       = Rasio arus belok kanan
QBKi       = Arus lalu lintas belok kiri (skr/jam)
QBKa      = Arus lalu lintas belok kanan (skr/jam)
QTotal    = Total arus lalu lintas (skr/jam)

Waktu Hijau Hilang Total
            Menurut PKJI 2014 waktu hijau hilang total untuk simpang untuk setiap siklus dapat dihitung sebagai jumlah dari waktu-waktu antar hijau menggunakan rumus:
M semua = {  -  } max             (4)
HH = ∑i (M semua + K)i                          (5)
Dimana:
M semua  = Merah semua (detik)
HH          = Waktu hijau hilang total (detik)
LKB        = Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk kendaraan
               berangkat (m)
LKD        = Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk kendaraan
               datang (m)
VKB      = Kecepatan kendaraan berangkat (m/det)
VKD      = Kecepatan kendaraan datang (m/det)
PKB       = Panjang kendaraan berangkat (m)
K         = Waktu isyarat kuning (detik)
            Nilai-nilai VKB, VKD, dan PKB tergantung dari kondisi lokasi setempat. Nilai-nilai berikut ini dapat digunakan sebagai pilihan jika nilai baku tidak tersedia.
VKD        = 10 m/det (kendaraan bermotor)
VKB        = 10 m/det (kendaraan bermotor)
               3 m/det (kendaraan tak bermotor  misalnya sepeda)
               1,2 m/det (pejalan kaki)
PKB         = 5 m (kendaraan ringan/kendaraan berat)
            = 2 m (sepeda motor/kendaraan tidak bermotor)

Arus Jenuh
            Menurut PKJI 2014 arus jenuh dirumuskan oleh persamaan sebagai berikut:
S0 = 600 x LE                                                    (6)
S = S0 x FHS x FUK x FG x FP x FBKi x FBKa                                                                    (7)
Dimana:
S          = Arus jenuh (skr/jam)
S0            = Arus jenuh dasar (skr/jam)
LE           = Lebar efektif pendekat (m)
FHS         = Faktor penyesuaian S0 akibat HS lingkungan jalan
FUK         = Faktor penyesuaian S0 terkait ukuran kota
FG           = Faktor penyesuaian S0 akibat kelandaian memanjang pendekat
FP            = Faktor penyesuaian S0 akibat adanya jarak garis henti pada mulut pendekat
    terhadap kendaraan yang parkir pertama
 FBKi      = Faktor penyesuaian S0 akibat arus lalu lintas yang membelok ke kanan
FBKa       = Faktor Faktor penyesuaian S0 akibat arus lalu lintas yang membelok ke kiri

Rasio Arus/Arus Jenuh
Menurut PKJI 2014 untuk menghitung Rasio arus/arus jenuh dihitung menggunakan rumus:
RQ/S =                                                             (8)
RAS = ∑i (RQ/S kritis)i                                        (9)
RF =                                       (10)
Dimana:
RQ/S                       = Rasio arus/arus jenuh
RAS                        = Rasio arus simpang
RF                           = Rasio fase
RQ/S kritis               = Rasio arus/arus jenuh tertinggi

Penentuan Waktu Sinyal
Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan berdasarkan metode Webster (1996) untuk meminimumkan tundaan total pada suatu simpang (PKJI, 2014). Menurut PKJI 2014 untuk menghitung penentuan waktu sinyal dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
c =                                   (11)
Hi = (c – HH) x                         (12)
Dimana :
c                      = Waktu siklus (detik)
Hi                     = waktu hijau pada fase i (detik)
HH                    = Jumlah waktu hijau hilang per siklus (detik)
RQ/S                 = Rasio arus, yaitu arus dibagi arus jenuh, (Q/S)
RQ/S kritis           = Nilai RQ/S tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada fase 
                           yang sama
∑ RQ/S kritis        = Rasio arus simpang = Jumlah semua RQ/S kritis dari semua fase, pada
                           siklus tersebut
i                       = Indeks untuk fase ke i

Kapasitas Simpang APILL
            Menurut PKJI 2014 kapasitas simpang APILL (C) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
C = S x H/c                                          (13)
Dimana:
C          = Kapasitas simpang APILL (skr/jam)
S          = Arus jenuh (skr/jam)
H         = Total waktu hijau dalam satu siklus (detik)
c          = Waktu siklus (detik)

Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DJ) menurut PKJI 2014 dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
DJ = Q/C                                              (14)
Dimana :
DJ        = Derajat kejenuhan (skr/jam)
Q         = Arus lalu lintas (skr/jam)
C          = Kapasitas simpang APILL (skr/jam)

Panjang Antrian
Panjang antrian adalah banyaknya kendaraan yang berada pada simpang tiap jalur nyala lampu merah (PKJI 2014). Rumus untuk menentukan rata-rata panjang antrian berdasarkan PKJI 2014 adalah:
NQ = NQ1 + NQ2                                 (15)
Dengan
Jika DJ > 0,5; maka
NQ1 = 0,25 x c x [ (DJ – 1 ) +                        (16)
Jika DJ < 0,5; selain dari itu NQ1 = 0; maka
NQ2 = c x  x                      (17)
Dimana :
NQ       = Jumlah rata-rata antrian kendaraan (skr) pada awal isyarat lampu hijau
NQ1       = Jumlah kendaraan terhenti (skr) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
NQ2     = Jumlah kendaraan (skr) yang datang dan terhenti dalam antrian selama fase
    merah
DJ        = Derajat kejenuhan (skr/jam)
RH        = Rasio hijau
c          = Waktu siklus (det)
Q         = Arus lalu lintas (skr/det)
Panjang antrian diperoleh rumus:
PA = NQ x                                       (18)
Dimana:
PA       = Panjang antrian
NQ         = Jumlah rata-rata antrian kendaraan (skr) pada awal isyarat lampu hijau
LM          = Lebar masuk (m)

Rasio Kendaraan Henti
Rasio kendaraan henti yaitu rasio kendaraan pada pendekat yang harus berhenti akibat isyarat merah sebelum melewati suatu simpang terhadap jumlah arus pada fase yang sama pada pendekat tersebut (PKJI, 2014). Menurut PKJI 2014 rumus untuk menghitung rasio kendaraan henti sebagai berikut:
RKH = 0,9 x  x 3600                                   (19)
NH = Q x RKH                                            (20)
Dimana :
RKH      = Rasio kendaraan henti
NH        = Jumlah rata-rata kendaraan berhenti
NQ       = Jumlah rata-rata antrian kendaraan (skr) pada awal isyarat hijau
c          = Waktu siklus (det)
Q         = Arus lalu lintas dari pendekat yang ditinjau (skr/jam)

Tundaan
Terdapat dua tundaan pada suatu simpang yaitu Tundaan geometri (TG) dan Tundaan lalu lintas (TL) (PKJI 2014). Sehingga tundaan rata-rata menurut PKJI 2014 adalah:
 T = TL + TG                                           (21)
Dengan
TL = c x   +             (22)
TG = (1 – RKH) x PB x 6 + (RKH x 4)                  (23)
Dimana :
TG        = Tundaan geometri (skr/smp)
TL        = Tundaan lalu lintas (skr/smp)
c          = Waktu siklus yang disesuaikan (det)
GR       = Rasio hijau (g/c)
TS        = Derajat kejenuhan
NQ1     = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
C          = Kapasitas (skr/jam)
RH        = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
RKH        = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat        

Metodologi Penelitian

Gambar 1.1 Flowchart

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja simpang Eksisting
            Nilai kinerja persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya didapat seperti tabel dibawah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kinerja persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya
Pendekat
Q
C
Dj
PA
T
U
1862
2911
0,64
38
7.8
T
4884
2822
1,7
53
10,3
B
2525
2911
0,87
33
6,9

            Dari hasil evaluasi kinerja simpang eksisting dengan memperlebar ruas jalan pendekat timur didapatkan hasil yang lebih baik untuk hasil bisa dilihat sebagai berikut:



Geometrik Awal                                                         Geometrik Rencana

Gambar 1.2 Perubahan Geometrik Pada Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya



Tabel 1.2 Kinerja persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya Setelah Di Evaluasi
Pendekat
Q
C
Dj
PA
T
U
1862
3130
0,59
43
2,9
T
4884
5778
0,84
33
2,5
B
2525
3130
0,80
34
2,7

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.         Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Persimpangan Jalan Ngagel Jaya selatan – Jalan Ngagel Jaya, derajat kejenuhan yang diperoleh lebih besar dari 0,85, yang berarti bahwa persimpangan ini kondisinya lewat jenuh. Hal ini berarti bahwa Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya memiliki kapasitas yang kurang baik.
2.         Setelah dilakukan analisis perencanaan ulang dengan mengubah lebar masuk pendekatnya, yaitu pada pendekat timur diperlebar menjadi 6 meter didapat nilai derajat yang lebih kecil dari 0,85. Hal ini berarti bahwa di seluruh pendekat Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya akan dapat menampung kapasitas persimpangan yang baik.
3.         Waktu siklus yang disarankan untuk pengaturan tiga fase menurut PKJI 2014 adalah 50 – 100. Dengan mengubah lebar masuk pendekatnya, yaitu pada pendekat timur diperlebar menjadi 6 meter, maka waktu siklusnya didapat 77 detik. Hal ini berarti pengaturan fase yang terdapat pada kondisi pada kondisi eksisting masih tetap dapat dipertahankan apabila dilakukan perubahan lebar pendekat.
4.         Setelah dilakukan analisis, beberapa faktor yang berpengaruh pada kapasitas Persimpangan Bersinyal Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya adalah lebar jalan dan waktu siklus. 
Saran
Dari hasil perhitungan Persimpangan Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Ngagel Jaya dapat dikemukakan beberapa saran dan masukan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan perbaikan agar persimpangan tersebut dimasa yang akan datang lebih baik yaitu sebagai berikut:
1.         Perlu dilakukan penelitian pada persimpangan lainnya yang memiliki karakteristik lalu lintas yang berbeda.
2.         Perbaikan fasilitas penyeberangan pejalan kaki pada kaki simpang seperti zebra cross perlu difungsikan sebagaimana mestinya agar pejalan kaki tidak menyeberang disembarang tempat.
3.         Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui ada tidaknya pengaruh hambatan samping akibat aktivitas menaikkan atau menurunkan penumpang oleh angkutan umum pada lokasi yang diamati.





DAFTAR PUSTAKA
Bayasut, E.Z., 2010, Analisa Dan Koordinasi Sinyal Antar Simpang Pada Ruas        Jalan Diponegoro Surabaya, Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.       
Febriastanti, Y.R., 2006, Analisis Kapasitas Simpang Bersinyal (Kasus Simpang Jrakah Kota Semarang), Tugas Akhir, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
ISBN, 1997, Sistem Transportasi, Penerbit Gunadarma, Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2014. Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia(PKJI), Jakarta.
Kristanto, H.S., 2013, Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bangak Di Kabupaten Boyolali), Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.                                                                                                                                         
Putranto, L.T., 2008, Rekayasa Lalu Lintas, Indeks, Jakarta.